Kemarin saya melihat ustad Al Habsy di acara TV menjelang buka puasa. Mendengar ucapannya ada yang menimbulkan pertanyaan bagi saya, yakni ketika dia mengucapkan salam kepada pemirsa. Lafadz salam yang diucapkan adalah 'Assalamualaikum warahmatullahi ta'ala wabarakatuh, gatal telinga saya mendengar ucapan tambahannya yaitu kata "ta'ala" setelah kata Allah disebut sehingga tangan saya pun ikut gatal tuk menulis catatan ini.
Sebenarnya beberapa tahun silam mungkin sekitar 15 tahunan saya sudah pernah mendengar hal seperti ini yakni penambahan-penambahan bacaan yang sebenarnya dahulu tidak diajarkan rosulullah khususnya terhadap kata ta'ala ini. Tapi lambat laun mungkin dengan seiringnya bertambah pintarnya umat dalam menimba ilmu agama, upaya penambahan itu sepertinya mulai sirna dengan tidak pernahnya terdengar lagi. Atau mungkin saya yang kurang mendengar sebab kebiasaan yang biasanya pernah mengalami pertentangan akan tetap dipertahankan secara "underground" oleh si penyebar pertama dan pengikut setianya yang memang mempunyai maksud-maksud tertentu.
Yang jelas sejak kemunculannya di TV untuk pertama kali pada lima tahun silam di SCTV (semoga ingatan saya tidak salah karena dari dulu sempat mengikuti perkembangan munculnya penceramah muda), ucapan salam ustad Alhabsy tidak seperti itu alias seperti yang diajarkan syariat yang umumnya kita sudah hafal yakni 'Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh, tanpa ada tambahan kata ta'ala. Dan mulai sekitar 1 - 1,5 tahun lalu ucapan salam dari ustad Al Habsy itu berubah.
Terlepas dari maksud apa atau rujukan dari mana dia melakukan hal tersebut, kalau tujuannya mengagungkan asma Allah, kenapa cuma pada salam saja? Sedangkan ketika dia menyampaikan isi ceramah atau kultum atau tausyiah menjelang buka puasa tersebut di dalamnya sempat mengucapkan kata "subhanallah". Kenapa kok dia tidak mengucapkan "subhanallah ta'ala"?
Kemudian ketika mengucapkan "Innalillahi wa inna ilaihi rojiun" kenapa kok tidak "Innalillahi ta'ala wa inna ilaihi ta'ala rojiun" dan satu lagi ketika mengakhiri ceramah dengan doa, ustad Al Habsy mengawali doa dengan bacaan "Audzubillahiminas syaithanirrojim" kenapa kok tidak mengucapkan "Audzubillahi ta'ala minas syaithanirrojim"? kanapa pak ustad?
Apa ada waktu-waktu tertentu untuk menambahkan kata ta'ala tersebut? atau apa ketika guru pak ustadz mengajarkan hal tersebut dari pendahulunya juga kurang tahu alasan detilnya? Atau si pencetus idenya kurang memperhatikan hal ini jadi tergesa-gesa menyimpulkan untuk mengajarkan hal baru biar terkesan beda karena mempunyai ilmu yang "lebih" sehingga jika ada pertanyaan seperti diatas maka akan kesulitan menjawab dan mencari-cari alasan yang tepat?
Era informasi terutama pertelevisian memang membawa dampak pencitraan pada setiap tokoh yang muncul di TV termasuk tokoh-tokoh yang "dianggap" bisa menularkan ilmunya dengan berdakwah lewat TV. Sehingga secara tidak langsung menimbulkan persaingan nilai jual dari TV tersebut. Diakui atau tidak oleh si tokoh pedakwah ini, akhirnya para tokoh ini ketika sudah menemukan ciri khasnya yang membedakan dengan tokoh lainnya akan mempertahankan hal tersebut sebagai nilai jual mereka yang membedakan dengan yang lainnya. Memang bisa saja itu atas permintaan si pemilik TV tapi tetap ketika para tokoh ini mengiyakan permintaan tersebut maka jadilah mereka masuk ke industri pertelevisian dan ini sah-sah saja karena mereka juga manusia butuh makan minum menafkahi keluarga mereka yang penting isi dakwah tidak menyimpang.
Tapi juga perlu diingat bahwa mereka muncul di TV dilihat banyak orang jadi tanggungjawab terhadap isi dakwah mereka harus dapat dipertanggungjawabkan kebenarannya sehingga ummat tidak terbawa ke jalan yang tidak lurus. Bukannya saya su'udzon mudah-mudahan tidak, sebab apa yang dilakukan ustadz Al Habsy tersebut seperti menampakkan riya' kecil yang memang keciiiil sekali bahwa seolah-olah tersirat "ini lho saya, salam saya beda dengan yang lain, tirulah saya, ini baru dan di TV cuma saya yang seperti ini karena salam saya ini pasti benar, beda dan artinya lebih baik lebih afdhol jika ditambahi kata ta'ala" begitulah apa yang nampak tersirat terselubung dari penampilan ustadz Al Habsy tersebut, wallahu'alam.
Ampuni dosa hambamu semua ya Allah semoga yang benar Engkau pelihara dan yang salah Engkau tunjukkan. Marilah kita jadi ummat yang pandai untuk bertanya, kritis untuk berpendapat, mau untuk menyaring apa yang kita lihat dan kita dengar dan juga mau menerima kebenaran jikalau jelas sumber dan dalilnya. Semoga kita terus bisa belajar dan belajar terus menimba ilmu ..... Amiiin
Berikut ini coba saya paparkan mengenai teladan Rosulullah dalam mengucapkan salam.
Salam yang disunnatkan oleh Nabi adalah membaca Assalamualaikum Warahmatullahi Wabarakatuh bagi pemula dan dengan mengucapkan Wa'alaikum Salam Warahmatullahi Wabarakatuh bagi yang menjawab. Semuanya itu dengan mengggunakan kata ganti orang banyak/dlomir jama’ (kum) meskipun yang disalami atau yang dijawab hanya satu orang.
Pada setiap rincian lafadz salam ada nilai pahala tersendiri. Dalam Hadits disebutkan:
Dari Imran bin al-Hushain radhiallahu ‘anhuma, katanya: Ada seorang lelaki datang kepada Nabi s.a.w., lalu ia mengucapkan: Assalamu ‘alaikum. Kemudian beliau s.a.w. membalas salam orang tadi lalu duduk terus bersabda: “Sepuluh,” maksudnya pahalanya dilipatkan sepuluh kalinya. Selanjutnya datang pula orang lain lalu ia mengucapkan: Assalamu ‘alaikum warahmatullah. Beliau s.a.w. lalu membalas salamnya orang itu, lalu duduk lagi: “Duapuluh,” maksudnya pahalanya dilipatkan duapuluh kali. Seterusnya ada pula orang lain yang datang, lalu mengucapkan: Assalamu ‘alaikum warahmatullahi wabarakatuh. Kemudian beliau s.a.w. membalas salam orang tersebut, lalu duduk terus bersabda: “Tigapuluh,” maksudnya pahalanya dilipatkan tigapuluh kali.
Diriwayatkan oleh Imam-imam Abu Dawud dan Tirmidzi.Tirmidzi mengatakan bahwa ini adalah Hadis hasan shahih.
Dari Aisyah radhiallahu ‘anha, katanya: “Rasulullah s.a.w.Bersabda kepada saya: “Ini Jibril menyampaikan salam padamu.” Aisyah berkata: “Saya berkata: Wa ‘alaihis-salam warahmatullahi Wabarakatuh.” (Muttafaq ‘alaih)
Demikianlah yang ada dalam sebagian beberapa riwayat dua kitab shahih – yakni Shahih Bukhari dan Shahih Muslim
Dari Abu Jurat al-Hujaimi r.a., katanya: “Saya mendatangi Rasulullah s.a.w. lalu saya berkata: ‘”Alaikas-salam ya Rasulullah.” Beliau s.a.w. lalu bersabda: “Janganlah mengucapkan ‘Alaikas-salam sebab sesungguhnya, ‘Alaikas-salam itu adalah cara penghormatan kepada orang-orang yang sudah mati.”
Diriwayatkan oleh Imam-imam Abu Dawud dan Tirmidzi dan Tirmidzi mengatakan bahwa ini adalah Hadis hasan shahih.
Dari Anas r.a. bahwasanya Nabi s.a.w. itu apabila berbicara mengucapkan sesuatu kalimat, selalulah beliau s.a.w. mengulangi-nya sampai tiga kali, sehingga dapat dimengerti ucapannya itu dan apabila beliau s.a.w. itu datang pada sesuatu kaum, lalu beliau memberikan salam kepada mereka maka salamnya itupun diucap-kannya tiga kali.” (Riwayat Bukhari)
Dari al-Miqdad r.a. dalam Hadisnya yang panjang,berkata: “Kita – maksudnya al-Miqdad dengan kawannya – mengaturkan kepada Nabi s.a.w. akan bagian yakni berupa susu, kemudian beliau datang di waktu malam lalu memberi salam dengan suatu ucapan salam yang tidak sampai membangunkan orang yang tidur, tetapi dapat menperdengarkan kepada orang yang jaga. Selanjutnya Nabi s.a.w. datang lagi lalu memberi salam sebagaimana salamnya yang sudah-sudah.” (Riwayat Muslim)
maksimal bagi seseorang untuk mengucapkan salam adalah tiga kali. Artinya bila sudah tiga kali dia mengucapkan salam kemudian tidak ada jawaban, maka dia tidak perlu lagi mengucapkan salam. Di dalam mengucapkan salam, seseorang diharapkan melakukannya dengan sopan, lemah lembut dan penuh kewibawaan. Pernah Nabi SAW berkunjung kepada para sahabat, sebagian dari mereka ada yang sudah terpulas tidur dan sebagian lagi sedang duduk istirahat. Kemudian beliau mengucapkan salam yang tidak sampai membangunkan sahabat yang tidur dan kemerduan suara beliau meninak bobokkan sahabat yang ingin tidur.
Lafadz Assalamualaikum adalah sesuatu yang tauqify (langsung dari Nabi dan tidak boleh diperdebatkan). Bentuk lafadznya tidak boleh diganti, ditambah atau dikurangi. Bila mencoba untuk memperbaiki atau membetulkan maka akan semakin salah. KH. Ah. Qusyairy, mertua Kiai Hamid pernah menegor lansung orang berpidato gara-gara mengucapkan salam dengan memberi lafadz Ta’ala setelah lafadz Allah.
Dalam tinjuan ilmu balaghoh, penambahan lafadz Ta’ala setelah lafadz Allah itu kurang pas dan jelas telah melenceng dari tuntunan Nabi SAW. Maka ucapkanlah salam yang benar, sesuai apa yang dianjurkan olah Nabi dan jangan sekali-kali merubah, mengurangi atau menambah lafadz salam. Pernah diceritakan bahwa ada salah satu Sahabat beliau mengucapkan ”’Alaikassalam”, maka beliau menegornya dengan berkata,” jangan ucapkan “Alaikamssalam karna itu penghormatan bagi orang mati”.
Jadi anjuran dan contoh Rosulullah bahwa ucapan salam itu adalah Assalamu ‘alaikum warahmatullahi wabarakatuh. Bukan terjemahan atau yang lainnya.
Semoga Ustad Alhabsy segera menyadari kekeliruannya dan segera bertobat.
***catatan penulis***
sekitar 10 hari sejak tulisan ini saya publish, alhamdulillah yang bersangkutan sudah membaca dan sekarang sudah merubah lafadz salamnya dengan menghilangkan kata ta'ala
21 comments:
alhamdulillah sekitar 10 hari setelah tulisan ini saya publish, ustad Alhabsy mungkin sudah membacanya dan sekarang sudah merubah lafadz salamnya di TV, semoga ketika off air juga sama yakni menghilangkan kata ta'ala selamanya.....amiin
trimksh sdh berbgi ilmu yg berfaedah.
makasih untuk penjelasannya gan...
sebenernya pas pertama denger ada yg bilang salam seperti itu saya juga merasa aneh gan.... apalagi saya pertama kali mendengarnya dari seorang sales marketing bank yang ketika saya tanya kenapa dia memberi salam seperti itu dia bilang cuman ikut-ikutan aja.... jujur agak emosi saya waktu itu karena ngak merujuk pada petunjuk apapun cara mengucapkan salam seperti itu....
widi jatmiko, ridwan black : makasih gan, semoga kita bisa sama2 mengingatkan kebenaran walau satu ayat dgn sumber yg shahih
ada yang bisa ngebahas secara nahu sorofnya gak? kenapa lapadz ta'la gk boleh d pake? thank's ya ini supaya ilmunya yakin. gak sekedar itba'.
nas ihin: mungkin ada rekan blogger yang mau menambahkan, silahkan supaya lebih yakin :-)
Jadi senyum2 sendiri kalau bnrn ada yg soksokan bilang subhanallah ta'ala hehehe
Mantap. Di kalbar ada juga yg nambah kata ta'ala,tuntunan utk jawabannya bagaimana
Mantap. Di kalbar ada juga yg nambah kata ta'ala,tuntunan utk jawabannya bagaimana
Gampang banget ngatain MENYESATKAN...!!!
Padahal yg berkaitan dengan agama itu ada yg berwenang, dalam hal ini MUI.
MUI lah yg berwenang memutuskan ini keliru, ini sesat, ini tidak sesat.
http://www.fikihkontemporer.com/2013/09/menambah-kata-taala-pada-ucapan-salam.html?m=1
Ea cuma gitu aja langsung dibilang sesat, wekaweka...
Menurutku kalo ada salam yang lebih singkat dan lebih benar kenapa gak dipake...kenapa harus ditambah tambah
Saya juga selalu mendengar di masjid at takwa di ciri mekar cibinong ustadnya kalo salam selalu di tambah ta'alla saya suka bertanya dalam hati, kenapa salam itu di tambah2 hal yang Rusul tidak ajarkan. Bagai mana cara menegurnya ya saya minim ilmu terima kasih
Dibolehkan kok mas, artikel ini yg salah
Sudah sejak lama saya mendengar hal itu. Umumnya adalah "ulama" tanggung-tanggung, namun mungkin juga ada ulama kondang yang begitu. Saya sangat setuju dengan tulisan ini.
Mohon dasarnya hadis apa nomor berapa (Buhari apa Muslim) agar bertambah wawasan saya. Terimakasih
Sebelum menyalahkan tolong lah cari referensi dulu, jangan kita terlalu cepat saling menyalahkan.
Lafadz Ta`ala, `Azza Wajalla, Jalla Jalaluhu, Jalla Tsanauhu kesemuanya termasuk kategori dari fi`il tanzih: yakni fi`il (kata kerja) yang menunjukkan makna ke-Mahasucian Allah swt. Perihal memberi salam dengan menambah kata TA`ALA seperti: Assalamu`alaikum warohmatullahi
Halah bacot low wahabi dikit" sesat, dikit" bid'ahðŸ¤ðŸ¤ mulut lu noh yang sesat
Ma'af..coba lihat dikitab ADZKAR (BAB kaifiat salam) karya Imam An Nawawi..mungkin bisa menjadi penyejuk hati dan tidak ada perdebatan sesama muslim.trima kasih
Yupz setuju, krna dulu pun sblum ustd al-habsyi, UJE pun sering kok menggunakan salam itu. Jadi sah2 aja ga ada salahnya untuk mengucapkan salam.
Posting Komentar